Peyek buatan Ibu Sayutri |
Di Kelurahan Jawa Kanan SS, usaha pembuatan peyek merupakan usaha yang hanya dilakukan oleh keluarga yang tergolong miskin. Usaha ini hanya dipandang sebelah mata karenakan umumnya diperuntukkan khusus untuk yang mempunyai modal kecil.
Begitu juga usaha pembuatan peyek yang di rintis oleh Ibu Sayutri. Modal awal yang kecil, menyebabkan usaha peyek Ibu Sayutri setiap harinya hanya mampu memproduksi sebanyak 10kg saja. “Pemasarannya pun hanya disekitar rumah saja, kita tidak tahu mesti menjualnya kemana, maklum kita tidak punya modal”, ujar Ibu Sayutri menjelaskan tentang usahanya.
Dengan Tekad yang kuat untuk benar-benar mengembangkan usaha, ternyata modal yang kecil dan pas-pasan tak menjadikan batu sandungan bagi Ibu Sayutri. Dengan melihat peluang bahwa peyek merupakan makanan cemilan yang cukup merakyat di lidah dan banyak orang yang menyukai rasanya, maka dalam penjualannya Ibu Sayutri mengemasnya dalam kemasan kecil-kecil. “Supaya semua yang kantongnya tebal atau tipis tetap bisa menikmati peyek buatan ibu”, jawab Ibu Sayutri sambil tertawa renyah saat ditanya kenapa peyek buatannya dikemas juga dalam bungkus kecil.
Ibu Sayutri memamerkan peyek buatannya yang dikemas dalam bungkus kecil |
Setelah mendapatkan tambahan modal dari PPMK ibu Sayutri sekarang mampu membuat peyek 20 kg dlm sehari. Usaha pembuatan peyek Ibu Sayutri semakin maju, dengan trik pemasarannya yang membuat peyek dalam bungkus kecil, modal pun cepat berputar. Biasanya penjualan peyek tersebut hanya di sekitar rumah dan dikelurahan Jawa Kanan SS saja. Sekarang pelanggan dan pemasarannya bukan lagi hanya di kelurahan dan di dalam Kecamatan Jawa Kanan SS saja tetapi juga di kelurahan dan kecamatan lainnya di dalam kota Lubuk Linggau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar